Di tengah banyaknya toko buku yang berguguran dalam beberapa tahun terakhir, Gramedia mampu mempertahankan eksistensinya. Kini, penerbit sekaligus jaringan toko buku terbesar di Indonesia itu sudah berusia lima dekade. Menarik untuk menyimak histori dan perjalanan perkembangan Gramedia dari masa ke masa.
Gramedia dikenal sebagai jaringan toko buku sekaligus penerbit besar di Indonesia. Namun, Gramedia lebih dulu hadir sebagai jaringan toko buku di bawah perusahaan Gramedia Asri Media, anak perusahaan Kompas Gramedia. Perusahaan ini didirikan pada 2 Februari 1970, lalu barulah berdiri penerbit Gramedia Pustaka Utama empat tahun kemudian tepatnya pada 1974.
Baca juga: Begini Cara Gramedia Mempertahankan Eksistensi di Industri Penerbitan
Sebelum besar seperti sekarang, toko buku Gramedia berawal dengan mendirikan satu toko buku kecil berukuran 25 meter persegi di daerah Jakarta Barat pada 1970. Sampai 2002, toko buku ini berkembang menjadi lebih dari 50 toko buku yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain menyediakan buku, Toko Buku Gramedia menyediakan berbagai produk lain seperti alat tulis, perlengkapan kantor, alat olahraga, alat musik, dan sebagainya.
Toko buku ini bekerja sama dengan penerbit-penerbit buku baik dari dalam maupun luar negeri. Dari kelompok usahanya sendiri, penerbit pemasok ke Toko Buku Gramedia antara lain adalah Gramedia Pustaka Utama, Elex Media Komputindo, m&c!, Gramedia Widya Sarana, Bhuana Ilmu Populer, dan Gramedia Majalah, sementara dari luar negeri diantaranya Prentice Hall, McGraw Hill, Addison Wesley, dan lain-lain.
General Manager PT Gramedia Asri Media Made Ruswidhi Sultrawan mengatakan sampai saat ini, Gramedia tercatat memiliki sebanyak 123 toko yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, sekitar 15 toko baru ditargetkan bakal dibuka pada 2024, diantaranya di Malang, Pontianak, dan Sorong.
Made menerangkan sekalipun ada gerai Gramedia yang tutup, itu merupakan hal yang biasa dalam dinamika bisnis. Hal itu menunjukkan bahwa toko tersebut tidak mencatatkan penjualan yang positif, sehingga pihak perusahaan akan mengevaluasi sekaligus membuka gerai baru di lokasi yang lebih proporsional dan potensial.
“Gramedia juga tumbuh dengan toko-toko fisiknya,” ucap Made kepada Hypeabis.id.
Setelah mendirikan toko buku, lahirlah penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) yang bergerak di bidang penerbitan buku fiksi dan nonfiksi. Sejak didirikan pada 25 Maret 1974, GPU telah memiliki fokus terbitan di 12 bidang yakni, fiksi dewasa, fiksi remaja, fiksi anak, sastra-literatur, bisnis ekonomi, ilmu sosial, pengembangan diri, kamus & referensi, boga, serta busana & kecantikan.
Buku pertama yang diterbitkan oleh GPU adalah novel Karmila karya Marga T yang sebelumnya adalah cerita bersambung yang ditulis di Harian Kompas. Dilanjutkan dengan menerbitkan novel lain dari sang penulis yakni Badai Pasti Berlalu, yang kemudian dialihwahanakan menjadi film dan album lagu legendaris.
Pada 1976, GPU menerbitkan Kamus Inggris-Indonesia karya John M. Echols dan Hassan Shadily, dan menjadi kamus Inggris-Indonesia yang paling banyak dipakai di Indonesia hingga saat ini. Kamus ini mengawali terbitnya kamus-kamus bahasa asing lainnya di GPU, yang saat ini jumlahnya telah lebih dari 65 kamus bahasa asing.
Pada tahun-tahun awal berdirinya, GPU banyak menerbitkan buku-buku karya penulis baik dari dalam maupun luar negeri yang menjadi fenomenal, seperti trilogi novel Cintaku di Kampus Biru, Kugapai Cintamu, dan Terminal Cinta Terakhir karangan Ashadi Siregar yang mewarnai khazanah sastra Indonesia pada 1970-an, serta seri Lima Sekawan karya Enid Blyton yang kemudian menjadi buku anak-anak paling laris di Indonesia pada dekade 70-80-an.
Ada pula novel Sepolos Cinta Dini (1978) yang menandai terbitnya novel pertama Mira W. Sang penulis kemudian menjadi salah satu penulis Indonesia yang hampir semua novelnya difilmkan atau dibuat sinetron. Termasuk, menerbitkan terjemahan karya-karya Sidney Sheldon, yang menjadi bestseller sepanjang masa di Indonesia, menembus penjualan hingga satu juta eksemplar.
Memasuki dekade 1980-an, diterbitkan buku Petunjuk Hidup Tenteram dan Bahagia karya Dale Carnegie, yang mengawali tren penerbitan buku-buku pengembangan diri terjemahan di Indonesia. Buku ini masih terus dicetak ulang sampai sekarang. Selain itu, terbit pula Tangkaplah Daku, Kau Kujitak, buku pertama seri Lupus karya Hilman Hariwijaya. Lupus memperkenalkan jenis baru penulisan novel remaja dan kemudian menjadi buku seri bestseller paling ditunggu pada 1990-an.
Tak hanya itu, GPU juga menerbitkan buku Seri Resep Praktis karya Yasa Boga, yang mengawali tren buku masak dengan foto-foto yang menggugah selera, takaran yang tepat, dan step by step pembuatan yang praktis. Termasuk, menerbitkan buku-buku pemenang Pulitzer Prize legendaris sepert Gone with the Wind karya Margaret Mitchell dan mahakarya Pearl S. Buck berjudul Bumi yang Subur.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang terkait dengan keragaman jenis buku, pada 1985, Gramedia mendirikan unit usaha khusus yang digunakan untuk menerbitkan buku-buku elektronik dan buku komputer. Hingga kemudian penerbitan tersebut merambah ke buku-buku komik. Unit usaha tersebut diberi nama PT Elex Media Komputindo.
Lalu pada 1990, Gramedia mendirikan unit usaha yang bernama PT Gramedia Widiasarana Indonesia atau Grasindo, yang digunakan khusus untuk menerbitkan buku-buku ajar seperti untuk pendidikan menengah dasar hingga menengah. Kemudian pada 1996, Gramedia juga mendirikan Kepustakaan Populer Gramedia atau KPG dan juga Penerbit Buku Kompas, yang berperan untuk mendaur ulang tulisan-tulisan yang sudah pernah dimuat di Harian Kompas.
Memasuki 2000-an, buku-buku yang diterbitkan GPU didominasi pada karya-karya fiksi populer baik dari dalam maupun luar negeri, seperti terjemahan buku pertama seri Harry Potter yang tercatat sebagai novel anak-anak paling laris di Indonesia dengan total penjualan mencapai lebih dari satu juta eksemplar.
Ada pula terjemahan seri Teletubbies, buku anak-anak batita bergambar yang menjadi bestseller pada awal 2000-an, buku Totto Chan: Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi yang memberikan inspirasi bagi dunia pendidikan, khususnya sekolah alam di Indonesia, serta dimulainya tren penerbitan novel remaja TeenLit yang kemudian menjadi tren buku remaja hingga saat ini. Kala itu, novel lokal pertama yang diterbitkan ialah Dealova karya Dyan Nuranindya.
Termasuk, terciptanya lini baru novel fiksi, MetroPop, untuk pembaca dewasa muda yang kemudian melahirkan penulis-penulis berbakat antara lain Clara Ng, Alberthiene Endah, dan Ilana Tan. Seiring waktu dan makin berkembangnya digitalisasi, GPU akhirnya mulai masif menerbitkan buku dalam format ebook ditandai dengan dirilisnya aplikasi Gramedia Digital pada 2017.
Kecanggihan teknologi juga menciptakan transformasi dalam proses penerbitan buku. Sejak 2020, GPU mulai mengembangkan sistem pengiriman naskah digital terpadu melalui Digital Publishing System. Melalui sistem ini, para penulis dapat mengunggah naskah mereka lewat website, untuk selanjutnya akan masuk dalam proses seleksi secara daring oleh para editor.
Nantinya, naskah yang dikirimkan tidak hanya dapat dicetak menjadi buku, tetapi juga dalam bentuk ebook dan juga dapat dicetak terbatas melalui sistem POD atau print on demand. Metode unggahan ini semakin mempermudah sistem pengiriman naskah, yang sebelumnya lazim dilakukan via pos ataupun e-mail.
Selama lima dekade, penerbit GPU telah menjadi rumah bagi banyak penulis dan buku-buku terbaik di Indonesia, diantaranya Ahmad Tohari, Eka Kurniawan, Ahmad Fuadi, Marga T., Alberthiene Endah, Clara Ng., Agustinus Wibowo, Hermawan Kertajaya, Franz Magnis-Suseno, serta penulis internasional seperti Enid Blyton, Paulo Coelho, J.K. Rowling, Agatha Christie, J.R.R. Tolkien, Malcolm Gladwell, Dale Carnegie.
Karya-karya terbitan GPU juga telah berhasil meraih berbagai penghargaan, baik nasional maupun internasional, di antaranya Kusala Sastra Khatulistiwa, Penghargaan IKAPI, Islamic Book Award, Anugerah Pembaca Indonesia, Gourmand World Cookbook Awards, Liberaturpreis Jerman, World Reader’s Award, hingga dinominasikan dalam penghargaan Man Booker International Prize.
Di samping itu, GPU juga selalu mendukung berbagai kegiatan pengembangan literasi di Indonesia dan Asia Tenggara, dengan berpartisipasi aktif dalam Ubud Writers & Readers Festival, Makassar International Writers Festival, ASEAN Literary Festival, serta Singapore International Writers Festival.
Sampai saat ini, tercatat lebih dari 30.000 judul buku telah diterbitkan oleh GPU, serta jalinan kerjasama dengan lebih dari 200 penerbit asing terkemuka dari berbagai negara seperti AS, Belanda, Jerman, Belgia, Brasil, Denmark, Hong Kong, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Malaysia, dan Swiss.
sumber: https://hypeabis.id/read/34959/menilik-sejarah-gramedia-penerbit-toko-buku-yang-eksis-selama-lima-dekade